www.welcome.com

why we wait - welcome - communicate

Kamis, 28 Oktober 2010

Putra Bhakti

Sebuah cita-cita tinggi adalah manifestasi idealisme seorang pemuda. Dia akan menciptakan langkah-langkah tertentu untuk mewujudkannya bahkan terkesan sengaja mempersulitnya demi sebuah tantangan. Dalam kehidupan sosial, cita-cita seperti itu terkesan seperti mission impossible. Akan tetapi, semakin rendah tingkat keberhasilan, semakin besar pula keinginan untuk merobohkan pesimisme yang muncul dari pihak lain.
Fenomena dua kelompok masyarakat yang ‘terpisah’ menjadi salahsatu tantangan bagi Putra Bhakti untuk menyatukannya, paling tidak secara hati. Persaudaraan yang tidak terpisahkan oleh struktur pemerintahan maupun batas wilayah menjadi impian besar bagi organisasi ini - yang justru terus eksis karena kekompakan para anggota yang berasal dari berbeda-beda wilayah dan latar belakang.
Acara memperingati malam proklamasi yang melibatkan gabungan dua RT adalah sebuah langkah awal untuk mencapai cita-cita tersebut. Tentu saja ada banyak pertentangan saat ide ini diluncurkan. Masyarakat dari kedua RT memang sudah lama ‘terpisah’ secara administratif, sehingga sedikit banyak mempengaruhi kultur sosial masing-masing. Masing-masing telah merasa ‘nyaman’ dengan kultur yang ada, sehingga ketika harus berkompromi dengan kultur yang berbeda memang ada perasaan berat. Hal ini wajar karena tidak mudah untuk menyatukan dua pikiran dan membutuhkan waktu yang sebenarnya tidak instan.
Tujuan yang dianggap mulia oleh satu pihak memang bersifat relatif bagi lainnya. Asal jika manfaatnya lebih banyak daripada mudaratnya, tiada salahnya jika dicapai meskipun dengan usaha keras. Terlebih, memupuk rasa persatuan dalam lingkup masyarakat yang belum terlalu luas sangat dibutuhkan dalam mendukung persatuan bangsa. Dengan demikian, cita-cita tersebut perlu terus diperjuangkan semenjak timbul kesadaran bahwa persaudaraan yang luas adalah kekuatan luar biasa dalam menegakkan keadilan sosial.
Jalan menuju impian tersebut memang seakan dipersulit oleh faktor teknis dan nonteknis. Namun, banyak pengalaman berharga yang diperoleh baik dari hal besar sampai yang sepele. Masalah konsumsi dan dekorasi misalnya, ternyata tidak semudah yang dibayangkan dan memerlukan kompromi pihak-pihak terkait agar semuanya merasa dihargai. Tidak ada bagian yang luput dari permusyawaratan ketika disadari bahwa perhelatan ini mengakomodir dua potensi kultural. Meski demikian, tak ada yang bisa secara sempurna terpuaskan dengan segala macam kompromi itu dan terkadang masih ada yang tidak bersedia menekan idealismenya. Namun, keputusan demi keputusan harus diambil secara cepat dan tepat untuk memastikan segala kesiapan. Bahkan segala suara miring yang muncul sebagai ekses, harus disikapi secara legawa mengingat hal ini merupakan salah satu ‘bumbu’ dalam mengolah ambisi menuju kesuksesan.
Segala kontroversi dapat diakhiri saat berada dalam situasi sesungguhnya di lapangan. Setiap individu akan merasakan tanggung jawab bersama tentang pentingnya persatuan dan kesatuan. Tak ada yang akan mau disalahkan begitu saja jika terjadi kegagalan karena akan mencoreng nama suatu masyarakat. Secara langsung maupun tidak, setiap orang mempelajari berbagai cara untuk menyukseskan acara penuh symbol persatuan tersebut. Secara sadar maupun tidak, golongan tua maupun muda akan terpanggil untuk menanam kembali rasa saling menghargai orang yang berbeda kultur sosial, usia, maupun latar belakang. Tidak ada kesempatan untuk mundur ketika semua sudah berjalan layaknya berada di atas kapal yang sudah di tengah laut. Yang harus dilakukan adalah persiapan untuk menghadapi segala risiko atau gangguan. Tiada cara lain kecuali bekerjasama dengan orang yang dijumpainya tanpa peduli latar belakangnya.
Akhirnya sukses atau tidaknya acara gabungan tersebut dapat dilihat dari berbagai sisi. Yang perlu disoroti adalah pertanyaan “sudahkah muncul ikatan persaudaraan baru antar individu intern maupun antara dua kelompok masyarakat tersebut?’ Jawaban pasti sudah tersedia dalam masing-masing pribadi yang terlibat dalam acara tersebut. Ternyata hasil akhir juga relatifatau tidak bisa digeneralisir dalam waktu sekejab sebab ini barulah awal dari keinginan menuju idealism sosial: sebuah persatuan. Akan tetapi sebuah permulaan yang dilakukan dengan penuh keseriusan tetap akan meninggalkan paling tidak kesan mendalam bagi semua yang melakoninya. Tanpa benar-benar memulai, kita tidak akan pernah tahu langkah pertama melakukan sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar