www.welcome.com

why we wait - welcome - communicate

Jumat, 10 Juni 2016

Antimiras?



OK kalau ada perda antimiras, itu bagus. Minuman keras memang bisa berpotensi menimbulkan kriminalitas karena jika dikonsumsi terlalu banyak maka menimbulkan penurunan kesadaran. Orang bisa berbuat semau saja bila sudah teler, mulai dari menggoda mbak-mbak teller yang semok (meskipun orang sadar tak kalah dahsyatnya saat suit-suitin mereka), sampai membagi-bagi stiker antirokok (?). Pas lagi zonk, bisa salah coblos jago dari parpol lain, gara-gara ada foto cowok cakep dengan nama yang mirip kondisi jiwanya (yang baru manunggal kaliyan ‘gusti’). Perda ini mungkin juga untuk mengatasi kecurangan para mafia miras. Cukong-cukong itu maunya bikin orang lain mabok tapi mereka nggak mau nyekek setetespun karena takut salah hitung duit hasil penjualannya. Bisa jadi kalo pas hangover trus liat duit seribu, kok nol-nya jadi dobel-dobel.
Tapi lihat dulu, kalau rakyat dilarang mabok trus aparat dan elit-elit politiknya apa sudah memberi teladan antimaksiat? Misalnya, polisi tidak minta uang sogokan buat membebaskan seseorang dari tilang, pejabat pemerintah tidak menyunat dana bantuan ke bawah, caleg atau calon lain tidak menebar politik uang sekalian melestarikan dinastinya dalam tampuk kekuasaan. Sudahkah? Kalau belum marilah kita melaksanakan himbauan AA Gym: ‘mulai dari hal kecil’, ‘mulai dari diri sendiri’, dan ‘mulai sekarang’.
Ada mungkin yang berdalih bahwa penegakan hukum terhadap pelaku KKN akan dilaksanakan ‘sambil jalan’. Maksudnya akan dieksekusi berbarengan dengan penegakan perda antimiras tersebut. Ya tapi dari dulu kok selalu rencana? Bukankah celaka jika orang gemar mengatakan akan berbuat kebaikan itu.
Kalau masih jauh panggang dari api, maka ya tingkah kalian para petinggi bakal ditertawakan rakyat. (tertawanya sambil mabok pula)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar